Bank Indonesia (BI) memastikan akan terus memperkuat instrumen moneter promarket guna memperkuat stabilitas nilai tukar dan menjaga sasaran inflasi. Instrumen promarket tersebut a.l. Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), sekuritas valuta asing Bank Indonesia (SVBI) dan sukuk valuta asing Bank Indonesia (SUVBI).
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan kebijakan ini juga dimaksudkan untuk mempercepat upaya pendalaman pasar uang dan valas serta mendorong aliran masuk portofolio asing ke dalam negeri.
“Hingga 16 Desember 2024, posisi instrumen SRBI, SVBI dan SUVBI masing-masing tercatat sebesar Rp940,67 triliun untuk SRBI, US$ 2,08 miliar untuk SVBI, dan US$ 386 juta untuk SUVBI,” kata Perry, Rabu (18/12/2024).
Perry menegaskan penerbitan SRBI telah mendukung upaya peningkatan aliran masuk portofolio asing ke dalam negeri dan membantu penguatan nilai tukar. BI pun mencatat kepemilikan investor asing untuk SRBI telah mencapai Rp 233,85 triliun atau 24,86% dari total outstanding.
Kemudian, implementasi primary dealer sejak Mei 2024 juga semakin meningkat. Transaksi SRBI di pasar sekunder dan transaksi repo antar pelaku pasar juga meningkat. Kondisi ini, menurut Perry, sukses memperkuat efektivitas instrumen moneter dalam stabilitas nilai tukar rupiah dan pengendalian inflasi.
“Ke depan, BI terus optimalkan berbagai inovasi instrumen promarket baik dari sisi volume maupun daya tarik imbal hasil guna meningkatkan transmisi kebijakan moneter,” ujarnya.
Perry melanjutkan transmisi kebijakan moneter berjalan baik. Terbukti, suku bunga pasar uang yang tercermin dari IndONIA yang bergerak di sekitar BI Rate, yakni 6,13% per 17 Desember 2024.