Paparan kinerja PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL) pada triwulan III-2024. ANTARA/Unggul TR
PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL),�subholding�BUMN Kepelabuhanan Pelindo, membuka diri untuk berdialog dengan dunia usaha, khususnya pelaku industri logistik, mengenai tarif Tol Cibitung-Cilincing.
“Kami akan berkomunikasi dengan pemerintah, dalam hal ini Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), untuk memastikan kebijakan tarif yang diterapkan mendukung efisiensi dan keberlanjutan sektor logistik nasional,” kata Direktur Utama PT SPSL Joko Noerhudha, dalam paparan kinerja dan capaian SPSL 2024, di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan SPSL akan berkoordinasi dengan BPJT sebagai regulator, agar tarif yang diterapkan tidak hanya mempertimbangkan nilai investasi dan biaya pemeliharaan, tetapi juga kemampuan membayar (ability to pay) serta kesediaan membayar (willingness to pay) pengguna jalan.
Pernyataan itu disampaikan Joko menanggapi keluhan kalangan industri logistik yang menilai tarif Tol Cibitung-Cilincing terlalu mahal.
Dia menjelaskan bahwa penetapan tarif tol sepenuhnya merupakan kewenangan BPJT berdasarkan kajian komprehensif. Kajian tersebut mencakup berbagai faktor, termasuk biaya pembangunan, pemeliharaan, dan dampak terhadap sektor terkait.
Meskipun demikian, Joko menegaskan bahwa SPSL membuka ruang dialog untuk mendengarkan masukan dari pelaku usaha guna mencari solusi terbaik.
Joko juga merespons pertanyaan wartawan terkait kemungkinan divestasi saham Jalan Tol Cibitung-Cilincing.
Dia menyebutkan bahwa jika ada pihak yang tertarik dengan angka yang menarik, maka divestasi bisa menjadi pilihan.
“Jika ada yang tertarik dengan angka yang bagus, silakan. Ini kan sifatnya masih opsi,” ujarnya.
PT SPSL bergerak pada bisnis logistik dan pengembangan wilayah hinterland. Namun SPSL mengambil alih pembangunan jalan tol sepanjang 34,7 kilometer tersebut, karena mempunyai kepentingan, seperti untuk kelancaran dan akses ke bisnis perusahaan dan grupnya.
Kinerja usaha
Dalam paparannya, Joko Noerhudha menyebutkan hingga triwulan III-2024, pendapatan usaha perusahaan mencapai Rp1,38 triliun lebih tinggi 2,63 persen dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2024. Angka ini juga lebih tinggi 2,68 persen dibanding tahun sebelumnya yang Rp1,34 triliun.
Meningkatnya pendapatan usaha tersebut tidak terlepas dari bagusnya kinerja operasional perusahaan, seperti sewa gedung, layanan pergudangan, layanan lapangan, dan layanan multimoda.
Joko optimis bisnis logistik akan berkembang di tahun mendatang. Berdasarkan data Frost & Sullivan Analyis, pengeluaran logistik Indonesia mulai 2021 terus meningkat, demikian juga di tahun-tahun mendatang.
Pengeluaran logistik tahunan diperkirakan tumbuh lima persen. “Pengeluaran logistik yang terus meningkat menunjukkan peluang pasar bagi SPSL,” katanya lagi.
Seiring dengan pesatnya perkembangan industri logistik, SPSL fokus pada pengembangan infrastruktur strategis. Proyek-proyek penting seperti Kawasan Pendukung Kijing, Kawasan Industri Kuala Tanjung, dan Integrated Logistics Center Tanjung Priok terus digarap.
Perusahaan juga tengah memperluas layanan logistik multimoda�di berbagai wilayah, seperti Jabodetabek, Sumatera Utara, dan Jawa Timur, untuk menjangkau pasar yang lebih luas.