
Bank Indonesia (BI) masih membuka ruang penurunan suku bunga acuan (BI rate) ke depan. Hal ini menyusul perkiraan data inflasi, pertumbuhan ekonomi dan nilai tukar rupiah.
“Intinya dari sisi inflasi dan pertumbuhan ekonomi memang ada ruang untuk penurunan suku bunga,” ungkap Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Jumat (24/1/2025)
Inflasi keseluruhan diperkirakan berada pada level 2,5% plus minus 1% pada 2025 dan 2026. Sementara pertumbuhan ekonomi diperkirakan pada rentang 4,7-5,5% pada 2025.
“Kami melihat kenapa masih ada ruang untuk penurunan suku bunga lebih lanjut terutama pertimbangan pertama dan kedua,” jelasnya.
Nilai tukar rupiah, kata Perry beberapa hari terakhir berada dalam tren penguatan hingga bertengger di level Rp16.100. Secara fundamental, rupiah akan bergerak stabil, bahkan kecenderungan menguat.
“Sisi fundamental nilai tukar ada ruang stabil bahkan cenderung menguat,” ujar Perry. Pada kuartal IV-2024 asing mulai masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Di samping itu, kebijakan terbaru dari Devisa Hasil Ekspor yang mewajibkan 100% disimpan di dalam negeri selama satu tahun juga akan mendorong penguatan rupiah.
Meski demikian, ketidakpastian global masih cukup tinggi sehingga bisa mempengaruhi pergerakan nilai tukar ke depannya. Khususnya ketidakpastian yang bersumber dari Amerika Serikat (AS).
“Kami melihat DXY tempo hari di atas 109 dalam dua hari ini melemah jadi 108 kami akan cermati ini akan sangat tergantung kebijakan pemerintah AS dan FFR,” papar Perry.