
Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja bekerja sama dengan Duta Bahasa Provinsi Bali melakukan pengecekan disleksia di Kabupaten Buleleng sebagai upaya kepedulian terhadap permasalahan tingginya jumlah siswa sekolah dasar yang belum lancar membaca.
“Pengecekan dengan tes disleksia dan program intervensi dilaksanakan di SD Negeri 1 Banjar Tegal, SD Negeri 3 Banjar Tegal, dan SD Negeri 3 Kaliuntu ini melibatkan 10 anggota Duta Bahasa Provinsi Bali,” kata Akademisi Undiksha I Ketut Trika Adi Ana di Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, Senin.
Pemilihan sekolah dilakukan berdasarkan rekomendasi dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Buleleng. Pemeriksaan menggunakan tiga instrumen yang dikembangkan oleh Pusat Unggulan Pendidikan Inklusif dan Perdamaian Undiksha.
Menurut dia, instrumen tersebut berbentuk ceklis dan kuisioner yang diberikan kepada siswa yang belum lancar membaca, orang tua, serta wali kelas, guna memastikan konsistensi data yang diperoleh.
“Hasilnya menunjukkan tidak semua anak yang belum lancar membaca mengalami kecenderungan disleksia. Ada faktor lain, seperti kurangnya media pembelajaran membaca yang menarik dan terstruktur, serta minimnya dukungan orang tua di rumah,” kata Trika.
Sebagai tindak lanjut, tim mengembangkan instrumen intervensi khusus bernama SIGANDI (Stimulasi Multisensori bagi Anak yang Berpotensi Disleksia).
Mengacu pada konsep pembelajaran multisensori berbasis teori Orton-Gillingham, SIGANDI menggabungkan strategi visual, auditori, kinestetik, dan taktil.
Media yang digunakan antara lain buku cerita, papan huruf timbul, papan pasir untuk latihan menulis huruf, serta buku panduan bagi guru dan orang tua.
Pihaknya memaparkan, keunikan SIGANDI juga terletak pada penggunaan font khusus TrikaIndoDyslexic dan pewarnaan berbeda pada setiap suku kata untuk mempermudah proses membaca.
“Pendekatan ini dirancang agar pembelajaran terasa interaktif, terstruktur, dan adaptif terhadap kebutuhan masing-masing anak,” kata I Gusti Ayu Chintya Pradnyandewi.
Selama intervensi, kelas tak lagi terasa seperti ruang belajar biasa. Lagu-lagu ceria, permainan kata, dan aktivitas kreatif membuat anak-anak larut dalam suasana belajar yang menyenangkan. Hasilnya dari pra-test dan post-test, banyak siswa menunjukkan peningkatan dalam kemampuan membedakan huruf dan bunyi yang mirip, serta kemampuan membaca mereka menjadi lebih lancar.
Bagi tim Duta Bahasa, keberhasilan ini bukan hanya soal angka atau skor tes, tapi tentang melihat mata anak-anak yang tadinya ragu kini berbinar penuh semangat. “Mereka merasa membaca itu menyenangkan, bukan lagi menakutkan,” kata salah satu anggota tim Duta Bahasa Bali.