Indonesia Target Swasembada Gula Mulai 2026, Apa Strateginya?

Wapres Gibran didampingi Menteri Pertanian Amran Sulaiman, meninjau Panen Raya Tebu di Banyuwangi. (Dok. Setwapres)

Pemerintah menargetkan Indonesia mampu mencapai swasembada gula nasional mulai 2026 mendatang. Ini artinya, semua kebutuhan gula dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sendiri, tanpa impor. 

“Targetnya tahun depan sudah swasembada ya. Oke, paling lambat 2027. Jadi ini akan kita kejar daninsyaAllah nanti hasilnya bisa seperti beras, harganya baik, semua bisa diuntungkan,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming, saat menghadiri Panen Raya dan Tanam Tebu Perdana di Kebun Tebu Jolondoro, Banyuwangi, Senin (23/06/2025).

Wapres juga menegaskan bahwa Presiden Prabowo memberikan dukungan penuh terhadap program swasembada pangan, termasuk gula, dan secara rutin memantau langsung progresnya dalam rapat terbatas bersama kementerian terkait.

“Ini komitmen dari pemerintah, komitmen dari Pak Presiden Prabowo untuk swasembada pangan ini benar-benar menjadi fokus utama,” tegas Wapres.

Direktur Utama PT Sinergi Gula Nusantara Mahmudi memaparkan tantangan dan langkah strategis untuk meningkatkan produktivitas dan rendemen (persentase kadar gula yang berhasil diekstrak dari tebu yang digiling). Salah satu kendala utama adalah rendahnya komposisi varietas tebu masa awal dan kondisi tanaman yang sebagian besar masih harus dibongkar ulang oleh petani. Untuk itu, dilakukan percepatan program peremajaan melalui pelatihan khusus dan penguatan sistem kemitraan. Dukungan teknologi juga terus ditingkatkan melalui digitalisasi sistem distribusi, pemantauan berbasis satelit, serta penerapan mekanisasi pertanian.

“Kami sudah melakukan pembangunan platform ekosistem tebu rakyat melalui platform digital. Di situ ada pengajuan KUR, ada marketplace, ada layanan pupuk dan servis lainnya, agar lebih praktis dan transparan. Bahkan pemantauan tebu rakyat kini bisa dilakukan melalui satelit, untuk melihat kesehatan tanaman dan progres pekerjaannya,” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut Wapres berkesempatan berdialog dengan para petani secara luring dan daring yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia. Ia mendengar langsung tantangan yang dihadapi saat musim panen.

Menanggapi suara para petani tersebut, Wapres mengungkapkan bahwa tantangan sektor gula tidak hanya terbatas pada bibit, pupuk, dan mekanisasi, tetapi juga menyangkut efisiensi tata kelola dan sinergi antar-pemangku kepentingan. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya kerja kolaboratif antara pemerintah pusat, BUMN, dan daerah.

“Sinergi antara pusat dan daerah sangat penting sekali. Dan tadi apa yang sudah disampaikan oleh Pak Siswono, nanti akan segera kami tindak lanjuti,” tegasnya.

Patut diketahui, kebun Jolondoro telah menunjukkan peningkatan produktivitas yang signifikan, dari 69 ton per hektare pada 2023, naik menjadi 97 ton per hektare pada 2024, dan ditargetkan mencapai 108 ton per hektare pada 2025.

Program kemitraan petani di Banyuwangi dan Jember saat ini telah menjangkau total lahan seluas 1.307,48 hektare, dengan kontribusi petani rakyat terhadap pasokan bahan baku Pabrik Gula Glenmore terus meningkat dari 9,9% pada 2023 menjadi 12% pada 2025.

Wapres juga menyaksikan penyerahan bantuan simbolis kepada petani berupa pompa air irigasi senilai Rp15 juta/petani; kredit Usaha Rakyat (KUR) rata-rata Rp100 juta/petani; serta bibit tebu 100 ton/ha/petani.

Kas138

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*