Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung mengerahkan 14 unit mobil pemadam kebakaran (damkar) guna mengatasi peristiwa kebakaran yang terjadi di Pasar Simpang Dago, Bandung.
Kepala Bidang Kesiapsiagaan Operasi Pemadaman dan Penyelamatan Diskar PB Kota Bandung, M Yusuf Hidayat mengatakan pihaknya menerima laporan kebakaran tersebut pada pukul 15.26 WIB.
“Ini sedang pemadaman dan dilakukan penyekatan dari segala arah mudah-mudahan tidak ada penjalaran api,” kata Yusuf di Bandung, Jumat.
Yusuf menjelaskan, petugas gabungan yang menerima laporan warga pun langsung menuju lokasi kejadian untuk melakukan pemadaman dan berkoordinasi bersama Kepolisian untuk menutup Jalan Dago sementara waktu agar mempercepat pemadaman.
“Ini sudah kami sekat dan mudah-mudahan tidak ada yang menjalar,” katanya.
Ia menjelaskan, api berasal dari dua dua ruko yang terbakar dan hampir sebagian besar berbahan dasar plastik membuat api begitu cepat menyebar dengan mengeluarkan asap tebal.
“Ada dua kios yang terbakar yaitu penjual batagor, sandal dan warung yang terkena dampak. Kita langsung melokalisir jangan sampai ada perambatan,” kata dia.
Adapun terkait penyebab terjadinya kebakaran, petugas baru akan melakukan penyelidikan terkait penyebab kebakaran usai api berhasil dipadamkan dan dilakukan pendinginan.
“Penyebab belum bisa dipastikan kita fokus ke pemadaman, korban alhamdulilah tidak
Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kota Bandung, Jawa Barat, mengerahkan 16 armada pemadam kebakaran (damkar) guna mengatasi kebakaran besar di gudang penyimpanan sepatu di kawasan sentra oleh-oleh Cibaduyutg.
Kepala Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kota Bandung Gun Gun Sumaryana mengatakan pihaknya menerima laporan kebakaran tersebut pada pukul 10.05 WIB dan empat menit berselang petugas tiba di lokasi untuk memadamkan api di lokasi tersebut.
“Sampai saat ini terhitung 16 kendaraan yang sudah turunkan untuk menangani kebakaran,” kata Gungun di Bandung, Kamis.
Gungun mengatakan petugas yang menerima laporan warga pun langsung menuju lokasi kejadian untuk memadamkan kebakaran dengan kekuatan penuh karena api sangat cepat menjalar, khususnya di pemukiman padat penduduk.
Ia menjelaskan api berasal dari sebuah gudang yang terbakar dan hampir sebagian besar berbahan dasar kulit, yang membuat api begitu cepat menyebar dengan mengeluarkan asap tebal.
“Tetapi karena ini kawasan padat penduduk, makanya kita optimalkan, turunkan seluruh unit mobil dari seluruh UPT dan dari markas pusat pun kita turunkan agar tidak terjadi perambatan kepada bangunan-bangunan yang terdekat,” katanya.
Adapun terkait penyebab terjadinya kebakaran, petugas baru akan melakukan penyelidikan usai api berhasil memadamkan api dan melakukan pendinginan.
“Untuk penyebab nanti setelah proses pendinginan, setelah kita yakin tidak ada titik api, karena ini khawatir ini sebagian besar material kulit yang menyimpan titik api. Kita harus yakin, biar tidak ada api-api yang menyala kembali,” katanya.
Lebih lanjut, dia menyampaikan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, karena tidak ada pegawai gudang yang sedang bekerja saat kebakaran berlangsung.
“Alhamdulillah objek terbakar dalam keadaan kosong, karena memang sekarang pola penjualannya online. Jadi ketika ada pembelian, baru si pegawai ngambil ke gudang tersebut,” kata Gungun.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggelar Indonesia Research and Innovation Expo (InaRI Expo) 2024 sebagai rangkaian dari peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-29 yang diperingati setiap tanggal 10 Agustus.
Gelaran InaRI Expo digelar pada 8 – 11 Agustus 2024 di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno, Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
“Acara ini juga menjadi bagian dari rangkaian Hakteknas dan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI tahun ini yang menginjak usia ke-79,” kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko di KST Soekarno, Bogor, Kamis.
Handoko mengatakan InaRI Expo tidak hanya merupakan acara pameran, tapi juga wadah pertemuan para periset, mahasiswa, serta pemangku kepentingan lainnya untuk saling berkolaborasi dalam mengembangkan riset dan inovasi nasional.
Gelaran riset dan inovasi terbesar di Indonesia ini, kata dia, juga bukan hanya menjadi tolok ukur dari pencapaian riset dan inovasi karya anak bangsa, namun juga sebagai etalase dari kemajuan riset dan inovasi teknologi di Indonesia.
“InaRI Expo 2024 adalah momentum penting untuk memperlihatkan potensi, kapasitas, dan kemampuan komunitas periset dan aktivitas riset serta inovasi di Indonesia,” ujarnya.
Gelaran yang mengusung tema “Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju” ini, kata Handoko, juga merupakan wujud nyata dari semangat gotong royong dan kerja keras masyarakat Indonesia, untuk membawa negara ini menuju masa depan yang lebih cerah dan berdaya saing.
Ia menjelaskan gelaran ini turut mengintegrasikan sejumlah acara besar seperti Indonesia Electric Motor Show (IEMS), pameran Perusahaan Pemula Berbasis Riset, UMKM, Indonesia Research and Innovatioan Fair (IRI Fair), dan Indonesia Inovator Lecture (IIL).
“InaRI Expo 2024 selain menampilkan hasil riset dan inovasi BRIN, juga diikuti oleh kementerian/lembaga, pemerintah daerah, perguruan tinggi, BUMN, industri berbagai skala termasuk UMKM, asosiasi, dan organisasi internasional,” tutur Laksana Tri Handoko.
Direktur Utama (Dirut) BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti menyampaikan bahwa penerapan Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) yang akan menggantikan kelas BPJS Kesehatan berpotensi tidak menimbulkan kenaikan biaya iuran terhadap peserta di kelas 3.
“Kalau kelas 3 enggak akan naik. Kelas III itu kan, mohon maaf, umumnya PBI (Penerima Bantuan Iuran) kan kelas 3. Kenapa dia PBI? Kenapa? Kenapa dia PBI? Tidak mampu,” kata Dirut BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti usai menghadiri kegiatan Penyerahan Penghargaan UHC Awards 2024 di Jakarta, Kamis.
Hal tersebut dia sampaikan untuk menanggapi pertanyaan wartawan mengenai potensi perubahan iuran saat KRIS diberlakukan menggantikan kelas BPJS Kesehatan. Berikutnya, Ghufron pun menyampaikan bahwa kenaikan iuran berpotensi terjadi pada peserta di kelas 1 dan 2.
“Bisa naik (iuran kelas 1 dan 2). Saat ini, sudah waktunya juga naik,” kata dia.
Meskipun begitu, Ghufron tidak menyebutkan nominal kenaikan iuran yang dimaksud dan waktu penerapannya. “Bisa saja (tahun depan) tergantung pemerintah dan banyak pihak,” ucapnya.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menyatakan bersama-sama BPJS Kesehatan, Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), sedang mengkaji besaran iuran program KRIS yang tidak memberatkan masyarakat.
“Iuran terus terang sedang dalam kajian dari Kementerian Keuangan, DJSN, BPJS Kesehatan, dan Kemenkes, untuk nanti menentukan berapa yang paling pas, yang bisa diterima oleh masyarakat, yang paling adil untuk masyarakat, dan tidak memberatkan masyarakat,” kata Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono.
Sementara itu Ketua DJSN Agus Suprapto mengharapkan iuran peserta KRIS segera ditetapkan, tidak perlu menunggu hingga batas paling lambat penerapan KRIS, yakni pada 1 Juli 2025.
“Harapannya nanti ada penetapan tarif dan iuran ini bisa dilaksanakan segera. Dan saya kira walaupun tanggalnya 1 Juli 2025 akan lebih cepat lebih baik,” ujarnya.
Menurut Agus, penetapan iuran harus segera dilakukan mengingat rumah sakit juga perlu melakukan penyesuaian aturan.
Pelaksanaan KRIS merupakan amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Tujuannya, untuk memberikan fasilitas dan pelayanan kesehatan yang setara bagi peserta BPJS Kesehatan.
Wakil Presiden Republik Indonesia, Ma’ruf Amin memberikan penghargaan kepada kepala daerah dari 33 provinsi dan 460 kabupaten/kota di Indonesia yang telah berhasil meraih predikat Universal Health Coverage (UHC) Awards , di Jakarta Kamis (8/4).
Penghargaan ini diberikan dalam acara UHC Awards, sebagai bentuk apresiasi atas komitmen pemerintah daerah dalam mendaftarkan penduduknya pada program JKN.
“Terima kasih kepada seluruh pemerintah daerah yang telah menunjukkan komitmen tinggi dalam mendukung program JKN. Pencapaian UHC di berbagai daerah ini menunjukkan komitmen negara dalam memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat Indonesia,” kata Ma’ruf Amin dalam rilisnya diterima ANTARA Riau, Kamis.
Seperti disampaikan Humas BPJS Kesehatan Kantor Cabang Pekanbaru, Dea, menurut Wapres Indonesia juga mendapat pengakuan internasional dari International Social Security Association (ISSA). Penghargaan tersebut diserahkan oleh Presiden ISSA, Mohammed Azman, sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan Indonesia dalam mencapai UHC.
Penghargaan ini semakin mengukuhkan posisi Indonesia di kancah global sebagai negara yang serius dalam perlindungan jaminan kesehatan.
Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ghufron Mukti mengapresiasi seluruh kepala daerah, karena capaian UHC di berbagai daerah merupakan bentuk implementasi pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2022 tentang Optimalisasi Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
“Peserta JKN per 1 Agustus 2024 mencapai 276.520.647 jiwa, atau 98,15 persen dari total penduduk di Indonesia. Pencapaian ini selain menyangkut jumlah peserta, tetapi juga memastikan seluruh penduduk memiliki akses terhadap layanan kesehatan,” kata
“Sejak awal pelaksanaan program JKN, BPJS Kesehatan terus mengalami peningkatan penerimaan iuran dan pemanfaatan layanan. Pada 2014, BPJS Kesehatan menerima iuran sebesar Rp40,7 triliun, atau menjadi Rp151,7 triliun tahun 2023 dan kolektibilitas iuran mencapai 98,62 persen,” kata Ghufron.
Pada 2023, BPJS Kesehatan menggelontorkan Rp34,7 triliun untuk membayar pelayanan kesehatan 29,7 juta kasus penyakit berbiaya katastropik. Pada 2014, tercatat 92,3 juta pemanfaatan per tahun, sementara pada tahun 2023 angkanya meningkat menjadi 606,7 juta pemanfaatan, atau sekitar 1,7 juta pemanfaatan layanan setiap hari.
Ghufron mengatakan BPJS Kesehatan kembali mencatatkan predikat wajar tanpa pengecualian (WTP) atau wajar tanpa modifikasian (WTM) untuk laporan keuangan selama 10 kali berturut-turut.
“Pencapaian ini menunjukkan konsistensi BPJS Kesehatan dalam menerapkan tata kelola yang baik, serta menjalankan program JKN dengan prinsip kehati-hatian dan akuntabilitas,” kata Ghufron.
Universitas Indonesia (UI) GreenMetric merancang gagasan program kuliah pertama secara daring bernama UI GreenMetric Online Course on Sustainability, yang selaras dengan strategi UI GreenMetric tentang keberlanjutan.
“Kuliah ini dirancang sebagai kuliah pengantar jenjang sarjana dengan latar belakang pertanyaan paling menantang yang dihadapi oleh generasi kita, yaitu bagaimana dunia dapat berkembang dengan cara yang inklusif secara sosial, tahan lama secara lingkungan, dan layak secara finansial,” kata penggagas kuliah daring UI GreenMetric, Junaidi dalam keterangan tertulis di Depok, Jawa Barat, Rabu.
Ia menjelaskan kuliah ini membahas interaksi kompleks antara ekonomi, kehidupan sosial, dan lingkungan fisik planet bumi, serta konsekuensi dari aktivitas manusia di lingkungan planet dan solusi untuk menghadapinya.
“Dalam kuliah ini mengontekstualisasikan tantangan-tantangan di berbagai negara seperti Brasil, Kolombia, Ekuador, Hongaria, Indonesia, Tunisia, dan Uni Emirat Arab,” katanya.
Kuliah global daring pertama di dunia ini, kata dia, ditawarkan oleh universitas terkemuka di empat benua dan tujuh negara kepada anggota UI GreenMetric World University Rankings Network.
Tujuh universitas yang merancang program kuliah ini, yakni University of Sao Paulo (Brasil) sebagai tuan rumah, El Bosque University (Kolombia), Escuela Superior Politécnica de Chimborazo (Ekuador), University of Sharjah (Uni Emirat Arab), University of Sousse (Tunisia), University of Szeged (Hongaria), dan Universitas Indonesia.
Selama lebih dari 11 tahun, kata dia, UI GreenMetric World University Rankings telah mencapai misi yang memungkinkan universitas di seluruh dunia untuk melakukan berbagai kegiatan berkelanjutan.
Untuk mencapai hal ini, universitas tersebut fokus pada tiga tema prioritas, yaitu membentuk Global Higher Education and Research, menciptakan Global Sustainability Leaders, dan bermitra pada solusi untuk tantangan keberlanjutan.
Untuk menerapkan prioritas tematik kedua, tujuh perguruan tinggi anggota menawarkan kuliah daring gratis untuk universitas anggota UI GreenMetric World University Rankings Network.
Pada Tahun 2021 ini, menurut Junaidi, peserta dibatasi dari tujuh universitas yang menggagas saja, namun di tahun selanjutnya kemungkinan mahasiswa dari universitas peserta UI GreenMetric dapat ikut serta.
Pendiri UI GreenMetric Prof Riri Fitri Sari mengatakan semua peserta adalah pembelajar yang sangat baik dari seluruh penjuru dunia, dapat menciptakan suasana kolaboratif untuk menjadi agen perubahan dan berkolaborasi secara global untuk mengubah kampus, negara, dan planet bumi.
“Anda akan menjadi pemimpin besar dan kontributor transformasi menuju dunia yang lebih layak huni dan sejahtera setelah mengikuti isu-isu lingkungan, ekonomi dan sosial,” katanya.
“Misi kami meninggalkan dunia yang lebih baik bagi generasi mendatang, akan menjadi kenyataan ketika anda mulai berbicara tentang ekonomi hijau dan biru, serta semua aspek realisasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) yang ditunjukkan oleh generasi sebelumnya. Kami menantikan banyak terobosan, pekerjaan ramah lingkungan, dan kolaborasi internasional,” katanya.
Persyaratan untuk mengikuti kuliah yang ditawarkan adalah seseorang harus merupakan mahasiswa pada jenjang sarjana (tahun ke-3) dan jenjang magister, memiliki IPK minimal 3.0 dari 4.0, mampu melakukan kegiatan akademik, serta telah mendapatkan rekomendasi dari universitas asal.
Program ini resmi diluncurkan pada Agustus 2021 dengan pendaftaran peserta yang dimulai dari Agustus sampai September 2021 (periode masa belajar dari 8 September sampai 14 Januari 2022). Bagi mahasiswa yang ingin mengikuti atau ingin mengetahui informasi tentang kuliah ini dapat mengunjungi tautan https://greenmetric.ui.ac.id/online-course.
Kuliah tersebut diatur dalam 17 minggu, dengan alokasi waktu 13 minggu pertemuan di kelas, 1 minggu untuk pembukaan, dan 3 minggu sisanya untuk seminar proyek. Materi yang akan diberikan berupa rekaman video, bahan bacaan, kuis, dan 4 (empat) kali pertemuan sinkronus. Sekitar 30 jam dibutuhkan untuk menyelesaikan kuliah yang dapat diatur sendiri waktunya.
Selain itu kuliah ini diakui sebagai bagian dari kredit mata kuliah yang dimasukkan dalam transkrip nilai ijazah sesuai dengan ketentuan yang berlaku di universitas asal.
Bahasa pengantar dalam kuliah tersebut adalah bahasa Inggris, dan setiap peserta mendapatkan UI GreenMetric Certificate of Participation, demikian Riri Fitri Sari,
Universitas Indonesia (UI) dan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) membahas strategi UI GreenMetric dalam menyelenggarakan edukasi dengan kelestarian yang berkelanjutan.
Kepala Kantor Urusan Internasional UI, drg. Baiduri Widanarko, M.KKK, Ph.D., dalam keterangannya, Jumat mengatakan kunjungan ini dapat sekaligus mempererat relasi yang terjalin antara UI dan UKM.
UI GreenMetric World University Ranking merupakan program pemeringkatan green campus dan environmental sustainability yang diinisiasi oleh UI sejak 2010.
Program UI GreenMetric telah diikuti 1.050 universitas dari 85 negara di seluruh dunia yang bertujuan untuk menjadikan kampus sebagai agen promotor konservasi energi dan air, daur ulang limbah, serta transportasi hijau.
Menurut Dr. Junaidi, UI GreenMetric menjadi upaya pelestarian berkelanjutan yang dapat diikuti oleh seluruh universitas di dunia dan menjadi satu-satunya program pemeringkatan yang memiliki network serta visi dan misi, seperti layanan konsultasi, online course, dan kegiatan kolaborasi lainnya.
“UI GreenMetric menjadi organisasi nonprofit dan nonpolitik yang melakukan pemeringkatan berdasarkan metodologi lima kriteria, yaitu setting and infrastructure, waste, water, transportation dan education and research.
Pelaksanaan UI GreenMetric selama dua belas tahun terakhir diharapkan menjadi upaya bagi universitas untuk dapat memprioritaskan sustainability, selain academic reputation,” ujar Dr. Junaidi.
Executive Deputy Director (Sustainability), Center of Strategy UKM, AP Dr. Azmul Fahimi, mengatakan kedatangan UKM ke UI bukan hanya untuk meningkatkan relasi antara UKM dan UI, melainkan juga untuk mempelajari bagaimana pelaksanaan UI GreenMetric.
Dr. Azmul menilai UI telah berhasil menyelenggarakan UI GreenMetric yang tidak hanya untuk kepentingan ranking kampus, tetapi juga menjadi pelopor bagi kampus dan generasi muda dalam pemenuhan kriteria-kriteria kampus hijau dan kelestarian hidup yang berdampak besar untuk dunia yang lebih baik.
Pertemuan perwakilan dua universitas pada pada Rabu (3/5) ini turut hadiri oleh Direktur Operasi Dan Pemeliharaan Fasilitas UI, Dr. Dwi Marta Nurjaya, S.T, M.T.; Profeesor LESTARI Research Center, Prof. Dr. Ahmad Fareez; dan Koordinator Fasilitasi Kerja Sama Internasional, Kantor Urusan Internasional UI, Suyati Adi Pawiro.
Diskusi tersebut dilanjutkan dengan Campus Tour ke Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) yang merupakan fakultas dengan lima kriteria UI GreenMetric yang menjadikan UI berada di peringkat ke-24 UI GreenMetric pada tahun 2022.
Pada kesempatan itu, Kepala Biro Transformasi, Manajemen Risiko dan Monitoring Evaluasi, Vishnu Juwono, S.E., M.I.A, Ph.D. dan Wakil Ketua Bidang Program, Komunikasi, dan Kemitraan, UI GreenMetric, Dr. Junaidi, S.S., M.A., memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan UI GreenMetric 2023.
Universitas Indonesia (UI) berhasil mempertahankan posisinya pada peringkat pertama dari 145 universitas di Indonesia versi UI GreenMetric 2023.
“Saya sangat senang karena secara keseluruhan kampus-kampus di Indonesia memiliki score GreenMetric yang semakin tinggi. Artinya, kampus-kampus kita semakin hijau, mandiri energi, hemat air, serta mampu mengurangi dan mengelola sampahnya dengan semakin baik,” kata Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Prof Ir Nizam, dalam keterangannya yang diterima di Depok, Minggu.
Sementara, pengumuman peringkat UI GreenMetric 2023 untuk tingkat dunia akan diumumkan pada Selasa, 5 Desember 2023, di Palm Jumeirah, Dubai, Uni Emirat Arab.
Prof Ir Nizam mengapresiasi UI GreenMetric yang selama 13 tahun telah menghadirkan kesadaran pada universitas untuk mewujudkan kampus yang hijau, nyaman, dan sehat bagi sivitas akademika.
Pemeringkatan ini secara tidak langsung menunjukkan universitas mana saja yang peduli terhadap lingkungan, baik dalam hal konservasi air, konservasi energi, maupun pengelolaan limbah dan lingkungan.
Pemeringkatan yang dilakukan oleh UI GreenMetric didasarkan pada enam kriteria, yakni Setting and Infrastructure (15 persen), Energy and Climate Change (21 persen), Waste (18 persen), Water (10 persen), Transportation (10 persen), dan Education and Research (18 persen).
Keenam kriteria tersebut memiliki indikator masing-masing untuk mengukur beberapa hal, seperti profil zonasi universitas, tingkat ruang hijau, jejak karbon, transportasi, penggunaan air, pengelolaan limbah, pengaturan dan infrastruktur, energi dan perubahan iklim, serta pendidikan dan penelitian yang berdampak.
Kepala UI GreenMetric, Prof Dr Ir Riri Fitri Sari MM MSc menyebutkan bahwa pada UI GreenMetric Service Package tahun ini, banyak sekali universitas di Indonesia yang mencapai rating sangat luar biasa.
“Kami melihat bahwa perubahan mengenai green dan sustainable kampus itu ada di Indonesia. Saat melakukan penilaian dan visitasi ke berbagai kampus, terlihat sekali bahwa apa yang dilakukan oleh universitas-universitas di Indonesia sangat luar biasa,” katanya.
Bahkan, lanjut dia, dari trees rating 1-5, banyak sekali yang mencapai 4,5. Beberapa universitas yang mencapai trees rating 4,5, yakni UI, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, IPB University, Universitas Negeri Semarang, Universitas Sebelas Maret, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan Universitas Airlangga.
Universitas Indonesia (UI) meraih predikat sebagai perguruan tinggi terbaik di Asia pada kategori The Most Sustainable Universities atau kampus paling berkelanjutan dan di peringkat 24 dunia versi UI GreenMetric World University Rankings 2023.
“Keberhasilan UI bertahan di peringkat 24 dunia merupakan hasil upaya kampus ini dalam menciptakan kampus yang ramah lingkungan, ” kata Kepala Biro Humas dan Keterbukaan informasi Publik (KIP) UI Amelita Lusia di Kampus UI Depok, Kamis.
Ia mengatakan dari enam kriteria yang ditetapkan dalam pemeringkatan, yakni setting and infrastrukture, energy and climate change, waste, water, transportation dan education and research, UI memperoleh total skor sebesar 8.925, naik dari tahun sebelumnya yang mencapai 8.800.
“Kenaikan tersebut salah satunya diperoleh dari score Setting and Infrastructure yang meningkat dari 1.175 menjadi 1.325.
Indikator-indikator tersebut adalah perbandingan luas ruang terbuka terhadap luas total, luas wilayah kampus yang ditumbuhi vegetasi hutan dan tanaman, serta luas ruang terbuka.
Selain itu, program konservasi tumbuhan dan hewan, area resapan air serta berbagai fasilitas, seperti gedung, sarana prasarana kesehatan, dan fasilitas keamanan juga diperhitungkan.
UI cukup unggul dalam kriteria ini, karena dari seluruh area UI yang ada di kampus Depok, sebanyak 50 persen kawasan merupakan hutan, 9 persen danau atau kawasan konservasi air, dan 70 persen adalah ruang terbuka hijau.
Untuk menjaga kelestariannya, UI menetapkan kebijakan masterplan pengembangan kampus agar persentase lahan terbuka dan lahan hijau tetap berada di angka 50 persen.
Oleh karena itu, salah satu kebijakan yang ditetapkan oleh UI adalah aturan pembangunan gedung baru minimal 8 lantai dengan konsep green building.
Berkat upaya tersebut, UI berhasil mengungguli Universiti Putra Malaysia dalam UI GreenMetric World University Rankings 2023.
Pengumuman hasil pemeringkatan UI GreenMetric World University Rankings 2023 tersebut dilakukan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada Rabu (5/12).
UI GreenMetric merilis sepuluh nama kabupaten dan kota paling berkelanjutan di Indonesia versi UI GreenCityMetric Ranking 2024, di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI) Kampus Depok.
Sepuluh kota dan kabupaten paling berkelanjutan berdasarkan peringkat, yaitu 1) Kota Kediri, 2) Kota Madiun, 3) Kota Blitar, 4) Kota Semarang, 5) Kabupaten Wonogiri, 6) Kota Pariaman, 7) Kota Banjarbaru, 8) Kota Salatiga, 9) Kota Medan, dan 10) Kota Jambi.
Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi UI, drg. Nurtami, Ph.D, Sp.OF(K), di Kampus UI Depok, Kamis menyebut bahwa pemeringkatan ini bertujuan untuk melihat transformasi kota/kabupaten di Indonesia dalam hal keberlanjutan.
Ia menjelaskan, pesatnya modernisasi di kota dan kabupaten membawa efisiensi banyak sektor, namun juga mengancam kelangsungan hidup.
Pembangunan dan gaya hidup yang tidak mengindahkan keberlanjutan akan berdampak pada pemanasan global, pencemaran lingkungan, polusi, dan kerusakan ekosistem.
“Untuk itu, sangat perlu bagi kita untuk peduli dan menjadikan keberlanjutan sebagai tolak ukur utama dalam perencanaan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan pemerintahan,” ujarnya.
Pemeringkatan UI GreenCityMetric didasarkan pada enam indikator, yakni penataan ruang dan infrastruktur, energi dan perubahan iklim, tata kelola sampah dan limbah, tata kelola air, akses dan mobilitas, serta tata pamong/governance.
UI GreenMetric menilai 20 kabupaten dan 44 kota dari 23 Provinsi di Indonesia. Tahun ini, ada 12 kabupaten/kota baru yang bergabung dalam pemeringkatan tersebut.
Pada tahun ketiga pelaksanaan UI GreenCityMetric, UI GreenMetric juga merilis enam kota/kabupaten dengan capaian skor tertinggi pada masing-masing indikator. Kota Semarang unggul di bidang penataan ruang dan infrastruktur.
Kabupaten Wonogiri terbaik untuk indikator energi dan perubahan iklim. Kota Parepare terbaik dalam tata kelola limbah. Kabupaten Barito Utara yang paling berkelanjutan untuk tata kelola air. Kota Kediri unggul pada akses dan mobilitas. Sementara, Kota Madiun terbaik di bidang tata pamong.
Tahun ini, penghargaan juga diberikan kepada Kota Magelang karena memiliki peningkatan kinerja keberlanjutan terbaik; dan Kabupaten Trenggalek sebagai peserta baru terbaik.
Kepala UI GreenMetric, Prof. Dr. Ir. Riri Fitri Sari M.M., M.Sc., mengatakan bahwa tahun ini, UI GreenCityMetric menambahkan indikator baru terkait penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di setiap kategori UI GreenCityMetric.
Tujuannya adalah untuk mendorong penggunaan teknologi dalam mendukung program keberlanjutan di masing-masing daerah.
Dirjen Diktiristek Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Prof. Dr. rer.nat. Abdul Haris, M.Sc. mengatakan, studi menunjukkan bahwa kota-kota yang berkolaborasi dengan institusi akademik mengalami peningkatan efisiensi dalam penerapan kebijakan keberlanjutan hingga 25 persen.
Data dari Global Green Economy Index tahun 2023 juga menunjukkan bahwa kota-kota yang berkomitmen pada keberlanjutan memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi dan juga daya tarik investasi yang lebih besar.
“Banyak hal-hal yang mungkin menjadi benefit bagi kota-kota yang telah mengimplementasikan Sustainable Development Goals (SDGs) ini dan turut berpartisipasi dalam pemeringkatan UI GreenMetric,” ujar Haris.